Kesultanan Demak

a. Letak Geografis dan Sumber Sejarah 

Dalam sejarah Indonesia, Kesultanan Demak dianggap sebagai Kesultanan Islam pertama di Jawa. Pendiri kerajaan ini ialah Raden Patah. Ia adalah seorang putra raja Majapahit. 


Raden Patah digantikan Muhammad Yunus (Pati Unus). Pada masa sultan kedua ini, Demak sudah berdiri sebagai kerajaan berdaulat lepas dari kekuasaan Majapahit. Sultan ini dikenal dengan sebutan Sabrang Lor karena pada 1512 dan 1513 menyerang Malaka dan menjalankan politik ekspansinya untuk menguasai perdagangan di Selat Malaka dan Laut Jawa. 


b. Kehidupan Politik, Ekonomi, dan Sosial Budaya 


Kesultanan Demak dianggap sebagai pusat penyebar ajaran Islam dan sekaligus penakluk kekuasaan Hindu Majapahit. Melalui Kesultanan Demak banyak melahirkan para wali dari Wali Songo, seperti Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Kudus, dan Sunan Muria. Peranan sunan-sunan tersebut sangat besar dalam penyebaran Islam di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Penyebaran Islam tersebut direalisasikan dengan mendirikan masjid-masjid besar di Demak dan Kudus. Masjid Raya Demak dan Masjid Raya Kudus merupakan perpaduan antara gaya Jawa (Hindu) dan gaya Islam. 


Dalam waktu yang singkat, pemeluk Islam di Jawa Tengah dan Jawa Timur semakin meningkat, walaupun para penganutnya tidak melepaskan unsur-unsur Hindu dalam tradisi sehari-hari. 


Sebagai penakluk kekuasaan Hindu Majapahit, Demak telah melakukan ekspansi ke kerajaan-kerajaan kecil, antara lain Banyumas, Bagelen, Klungkung, Pengiang, Terung, dan Tuban. 


Pada 1527, ibu kota Kerajaan Majapahit dapat direbut oleh Kesultanan Demak. Riwayat Kerajaan Majapahit pun berakhir. Setelah itu, kerajaan-kerajaan kecil bercorak Hindu satu per satu ditaklukkan. Mereka ialah Wirasari (1528), Madiun (1529), Blora (1530), Surabaya (1531), Pasuruan (1535), Lamongan, Blitar, Wirasaba (1535), Kediri (1549), dan Blambangan (1946). Dengan penaklukan tersebut, wilayah kekuasaan Demak meluas ke Jawa Tengah dan Jawa Timur dan berpengaruh atas Jawa Barat (Cirebon dan Banten). 


Aspek kehidupan ekonomi Demak ditandai dengan ambisi kerajaan ini menjadi negara maritim, walaupun mengalami kegagalan. Usahanya untuk merebut Malaka dari orang-orang Portugis tidak berhasil. Namun, perdagangan antara Demak dan pelabuhan-pelabuhan lain di Indonesia cukup ramai terutama yang dilakukan oleh para pedagang Islam dari Demak. Setelah menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil di pedalaman dan pesisir pantai utara Jawa, perdagangan Demak semakin berkembang pesat, Pelabuhan-pelabuhan yang berada di pesisir pantai utara Jawa dikuasai dan memberikan aturan-aturan yang berlaku di Demak.


Sebagai Kesultanan Islam yang memiliki wilayah di pedalaman, Demak menaruh perhatian pada sektor agraria, terutama beras yang diekspor ke pelabuhan-pelabuhan lain di Indonesia. Dengan demikian, kegiatan perdagangannya ditunjang pula oleh hasil pertanian yang menyebabkan kerajaan ini memperoleh banyak keuntungan di bidang ekonomi.



c. Keruntuhan Kesultanan Demak 

Kesultanan Demak mengalami kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Trenggono (1521-1546) dan mengalami kemunduran sejak kematian Sultan Trenggono. Setelah kematian Sultan Trenggono terjadi perebutan kekuasaan antara adik Sultan Trenggono bernama Pangeran Seda Lepen dengan putra Sultan Trenggono bernama Pangeran Prawoto. Perebutan kekuasaan itu berakhir dengan wafatnya Pangeran Sedo Lepen sehingga kejadian itu menimbulkan dendam bagi Arya Penangsang. Arya Panangsang ialah anak dari Pangeran Sedo Lepen. Untuk menguasai takhta di Kesultanan Demak, Arya Penangsang menyingkirkan Pangeran Prawoto beserta keluarganya. 


Akhirnya, Arya Penangsang berhasil naik takhta. Ia dikenal sebagai pemimpin yang keras sampai rakyat banyak yang tidak suka dengan kepemimpinannya. Kondisi tersebut menyebabkan timbulnya perlawanan-perlawanan yang menimbulkan kekacauan di Kesultanan Demak. Salah satu pemberontakan yang dilakukan adalah yang dilakukan oleh Hadiwijaya yang dikenal dengan Jaka Tingkir. Jaka Tingkir ialah menantu Sultan Trenggono yang masih ada hubungan darah dengan Arya Penangsang.




Share on Google Plus

About Sejarah Islam