Kegiatan Dakwah di Nusantara oleh Para Wali

Selain penyebaran secara alami melalui proses perdagangan, proses penyebaran Islam juga terjadi melalui usaha-usaha nyata yang dilakukan oleh orang-orang yang merasa berkewajiban untuk menyebarkannya. Penyebaran tersebut dilakukan melalui dakwah yang dirintis oleh para wali di Jawa dan beberapa daerah lainnya di Indonesia.

Menurut tradisi lisan masyarakat Jawa, terdapat beberapa wali yang menyebarkan Islam di Jawa. Wali-wali tersebut dikenal dengan sebutan wali songo, di antara wali-wali itu terdapat sembilan orang yang memiliki pengaruh luas bukan hanya di kalangan golongan bawah, melainkan juga pada golongan elit. Kesembilan wali yang paling dikenal tersebut, antara lain sebagai berikut. 

  1. Maulana Malik Ibrahim (wafat 1419 M) atau Maulana Maghribi yang dimakamkan di Gresik, menyebarkan Islam dengan cara pendekatan pergaulan. Sebelum menyebarkan Islam, Malik Ibrahim mendekati penduduk setempat untuk mengenal adat istiadatnya terlebih dahulu. 
  2. Sunan Bonang yang lahir pada 1465 M ialah putra Sunan Ampel, menyebarkan Islam di Tuban dan menggunakan kultur pra-Islam dalam penyebaran ajaran Islam. 
  3. Sunan Ampel, kemenakan dari Raja Majapahit, Kertawijaya (1467 M) menyebarkan Islam melalui pendidikan pesantren. 
  4. Sunan Giri atau Raden Paku, murid Sunan Ampel, menyebarkan Islam melalui dunia seni. 
  5. Sunan Drajat, putra ketiga dari Sunan Ampel, melakukan penyebaran Islam dengan cara pendekatan sosial. 
  6. Sunan Kudus yang menyebarkan Islam di Kudus menggunakan pendekatan seni dalam menyebarkan Islam. 
  7. Sunan Muria banyak menyebarkan Islam di daerah pedalaman Kudus. Pendekatan kebudayaan dilakukannya untuk menarik rakyat golongan bawah untuk masuk dan memeluk agama Islam. 
  8. Sunan Kalijaga berasal dari lingkungan Keraton Majapahit. Ia menyebarkan Islam dengan memanfaatkan sarana wayang yang digemari masyarakat pedalaman Jawa. 
  9. Sunan Gunung Jati menyebarkan Islam di Jawa Barat, terutama Cirebon dan Banten. 

Dengan menggunakan pendekatan kebudayaan tersebut, ajaran Islam mudah dimengerti oleh penduduk Jawa yang waktu itu telah memiliki kebudayaan yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu dan Buddha. Sikap akomodatif para wali terhadap tradisi lama yang telah dimiliki penduduk Jawa menyebabkan mereka mudah diterima oleh masyarakat. Dengan demikian, ajaran Islam pun menyebar di kalangan masyarakat Jawa yang sebelumnya telah memeluk agama Hindu dan Buddha. 



Selain kesembilan wali dari Jawa, ada juga ulama-ulama yang menyebarkan agama Islam di daerah-daerah tertentu, di antaranya Dato ri Bandang, Dato ri Tiro, dan Dato Sulaeman yang dianggap sebagai pembawa dan penyebar agama Islam di Sulawesi, Dato ri Bandang dan Tuan Tunggang di Parangan yang dianggap sebagai pembawa dan penyebar agama Islam di Kutai, Kalimantan Timur, Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah Abang yang menyebarkan agama Islam di Demak, Sunan Geseng yang menyebarkan agama Islam di daerah Magelang, Syekh Burhanuddin yang menyebarkan agama Islam di daerah Ulakan, Minangkabau; Sunan Tembayat yang menyebarkan agama Islam di daerah Bayat, Klaten; Syekh Abdul Muhyi yang menyebarkan agama Islam di daerah Pamijahan, Tasikmalaya; Sunan Panggung yang menyebarkan agama Islam di daerah Tegal, Syekh Abdurrauf al-Fanhury yang menyebarkan agama Islam di daerah Singkel, Aceh; Syekh Yusuf yang menyebarkan agama Islam di daerah Banten, Sunan Prapen yang menyebarkan agama Islam di daerah Lombok, Sayyid Muhammad al-Aydrus dan Sayid Ali bin Abubakar al-Hamid yang menyebarkan agama Islam di Klungkung, Bali; Syekh Ismail yang menyebarkan agama Islam di pedalaman Sumatra. 


Islam mengalami perkembangan yang pesat di Indonesia karena memiliki beberapa faktor berikut. 

  1. Syarat-syarat memeluk Islam tidak sulit, yaitu cukup mengucapkan dua kalimat syahadat. 
  2. Islam disebarkan dengan pendekatan kompromis, yaitu dengan berusaha mengakulturasikan Islam dengan kebudayaan setempat.
  3. Islam tidak mengenal kasta, yaitu semua manusia mempunyai kedudukan dan tingkatan yang sama. Hal inilah yang memudahkan penerimaan masyarakat jelata, seperti golongan waisya dan sudra. 
  4. Cara peribadatan Islam sangat mudah dan fleksibel, yaitu cara beribadat yang gampang diikuti dan tidak menuntut biaya yang tinggi. 
  5. Penyebarannya tidak kentara, yaitu melalui proses kegiatan, seperti perdagangan, upacara adat, kesenian, atau perkawinan. 
  6. Tokoh-tokoh penyebarnya adalah para wali yang tindakannya dapat menjadi panutan dan teladan orang banyak. 
  7. Islam yang datang ke Indonesia sudah berakulturasi dengan kebudayaan India yang juga berkebudayaan Hindu dan Buddha sehingga ketika datang ke Indonesia yang juga Hindu dan Buddha, Islam telah mempunyai banyak kesamaan dan akulturasi. 

Selain yang dilakukan oleh para pedagang dan para ulama, proses penyebaran agama dan kebudayaan Islam dilakukan melalui pendidikan, perkawinan, dan tasawuf. 



Share on Google Plus

About Sejarah Islam